Kisah Memasang Solus yang Tidak Berakhir Mulus
Sedikit bosan dengan Gnome shell yang telah sekian tahun dipakai, iseng melirik Solus project yang lumayan gencar dipromosikan di r/linux. Saya mengenal Solus sejak zaman ia mengambil dasar Debian dan Gnome 2, I was quite like it dan kini ingin mencoba sejauh mana perkembangannya.
Meski Budgie, DE andalan Solus bisa dipasang dengan mudah di Debian Sid, namun saya lebih memilih untuk memasang distro Solus secara menyeluruh, mengingat sebuah distro tidak sekedar tampilan saja melainkan keterpaduan semua lini pendukungnya.
Berbekal sisa kuota kalong, akhirnya berhasil juga torrenting berkas ISO Solus yang mencapai 1,2GB. Tinggal mencari flash disk sebagai sarana pemasangan. Well, here’s the trouble begin, saya tidak punya flash disk (UFD) tidak terpakai. Umumnya tutor membuat installer mengharuskan menggunakan dd
yang akan menghapus seluruh isi UFD, which is a big no no. Apa daya? Hmmm, kita coba boot ISO langsung dari HDD menggunakan GRUB 2.
GRUB 2 (selanjutnya hanya akan ditulis GRUB saja) bisa booting beberapa jenis berkas ISO Linux langsung dari disk. Selama ini saya biasa booting berkas ISO dari distro-distro berbasis Ubuntu, namun karena Solus ini bukan turunan Ubuntu, sepertinya akan berbeda dari biasanya. Agar GRUB bisa menjalankan ISO langsung, maka ia harus bisa mengenali di mana kernel dan initram berkas ISO tersebut. Karenanya kita mesti membedah isi berkas ISO-nya. Tidak perlu extract, cukup mounting saja. Kebetulan di Gnome sangat mudah untuk mounting berkas ISO, cukup klik ganda berkas ISO-nya maka ia akan mounted di /dev/loop
.
Benar saja, susunan installer Solus lebih menyerupai installer Fedora dibanding Ubuntu. Jadi saya pun searching bagaimana entri boot ISO Fedora untuk GRUB dan memberikan penyesuain seperlunya. Berikut entri yang harus dimasukkan ke GRUB. Karena hanya untuk sementara, saya masukkan langsung ke /boot/grub/grub.cfg
.
menuentry 'SolusOS 2017.04.18 Budgie' {
set isofile='/home/iza/Software/ISO/Solus-2017.04.18.0-Budgie.iso'
loopback loop $isofile
linux (loop)/boot/kernel boot=casper iso-scan/filename=$isofile noprompt noeject root=live:CDLABEL=SolusLiveBudgie ro rd.live.image rd.luks=0 rd.md=0 rd.dm=0 --
initrd (loop)/boot/initrd.img
}
Parameter kernel saya dapatkan dari berkas isolinux/isolinux.cfg
dalam mounted Solus ISO.
Akhirnya, laptop pun booted dan bisa masuk desktop live Solus dengan lancar. Setelah sedikit mencoba-coba, akhirnya bulat tekad untuk memasangnya langsung ke SSD. But, wait. Proses pemasangan terhenti karena ternyata partisi yang disediakan tidak mencukupi. Solus membutuhkan setidaknya partisi sebesar 10GB.
Baiklah, tidak masalah. Saya pun membuka gparted
dan mengatur partisi seperlunya agar memuaskan kebutuhan installer. Setelah selesai geser kiri - geser kanan, ternyata gparted
menolak untuk menerapkan susunan partisi yang baru diatur ini…
Telusur punya telusur, sepertinya gparted
menolak menerapkan pengaturan partisi baru karena Solus live ini booted langsung dari SSD yang hendak dirubah susunan partisinya. Hmmm, masuk akal. Bagaimana sekarang? Kembali teringat jika boot dari distro berbasis Ubuntu, mereka bisa boot langsung boot dari ramdisk
. Sepertinya kali ini pun mesti mencoba untuk booting Solus langsung dari ramdisk
, jadi gparted
tidak akan mengeluh bahwa diska sedang dipakai. Sekilas searching di internet, akhirnya menemukan laman Fedora: Booting Fedora LIVE to RAM. Mari dicoba.
Laptop pun rebooted. Pada menu GRUB, tekan tombol E
pada keyboard untuk melakukan penyuntingan pada entri boot Solus, rubah rd.live.image
menjadi rd.live.ram
pada baris parameter kernel. Setelah selesai, tekan CTRL+X
untuk booting entri tersebut.
Kembali masuk ke desktop live Solus, langsung mengulang penyuntingan partisi menggunakan gparted
, namun tak dinyana, masih tetap tidak bisa. Pada ISO Ubuntu dan turunannya, ini bisa diakali dengan melepaskan kaitan (unmount) partisi tempat berkas ISO berdiam, namun hal ini tidak berlaku pada ISO Solus. Hmmm, sepertinya memang harus boot dari diska selain yang hendak diatur.
I give up. Tangan pun mengais-ais serakan barang di laci, mencari di mana HDD external berada. Jika kali ini pun gagal, putus sudah rencana untuk memasang Solus.
HDD external pun ditemukan. Setelah kembali mengulang langkah sebagaimana diceritakan di awal, akhirnya pemasangan Solus pun berjalan dengan lancar. Mari kita reboot dan masuk ke desktop baru ini.
It’s quite a fresh environment…
Semua berjalan gegas, piranti lunak pun terpasang pas, tidak kurang, tidak juga berlebihan.
But, then again, it’s like something blocking my way to enjoy this distro…. Kini masalahnya adalah desktop baru ini tidak bisa mengenali WWAN GOBI 3000 yang terpasang dalam laptop. Padahal WWAN ini menjadi andalan koneksi internet. Tethering wi-fi dari telepon seluler berjalan lancar, namun bukanlah pilihan, hanya untuk kala darurat.
Kembali mencari jawaban di dunia maya. Menemukan sebuah trik sederhana; hidupkan layanan ModemManager
, mungkin belum berjalan. Let me see…
sudo systemctl enable ModemManager
sudo systemctl start ModemManager
Aahhh… Akhirnya WWAN bisa dikenali.
Dengan semangat membuat profil Indosat, menjajal untuk menghubungi internet. But, no shit Sherlock…, tidak bisa terhubung ke internet! Notifikasi di applet hanya berputar, berputar, dan berputar…
Hhhh… I’m tired of this shit, I’m going back to Debian Sid. It’s boring, but it’s working…
Sekian sepenggal kisah yang tidak berakhir gembira…